Rendah Diri, Rendah Hati atau Direndahkan?

“Jangan pernah merendahkan dirimu, sekalipun orang-orang merendahkanmu.”
Sepenggal kata-kata yang pernah saya dengar dan tetap saya simpan sebagai bekal dalam melangkah menyusuri jalan kehidupan yang tidak menentu ini.

Jalan kehidupan yang kadang keras, kadang lembut, kadang lancar kadang tersendat, membutuhkan kesabaran sampai ketidaksabaran pun datang menerpa kita semua.
Rendah diri tidak sama dengan rendah hati, juga tidak sama dengan direndahkan derajat atau harga diri ini.

Rendah diri membuat seseorang berasa minder dan tidak memiliki keyakinan pada dirinya sendiri, membuat segalanya berantakan karena tidak berani tampil kepermukaan. hasilnya orang yang minder tidak bisa maju ke depan, tetapi selalu berada di belakang orang yang terdekatnya. selalu bersembunyi di balik orang lain dan tidak bisa menampilkan jati dirinya. Orang seperti ini bukan berarti ia tidak memiliki kemampuan atau keahlian, justru banyak diantara orang yang rendah diri memiliki bakat yang terpendam, hanya saja tidak ada kesempatan untuk ditampilkan.

Rendah hati, sangat penting dan membutuhkan sebuah kebijaksanaan untuk menjadi orang yang rendah hati, tiada sombong mudah disokong dan bersahabat dengan siapa saja, ramah dan bersikap terbuka kepada siapapun yang datang kepadanya. Rendah hati tidak berarti rendah derajatnya. justru sebaliknya orang-orang yang mulia kebanyakan memiliki sifat rendah hati. semakin tinggi kedudukannya semakin besar jiwanya, dan tidak sombong.

Sebaliknya bila direndahkan dan diinjak-injak harga diri ini, sudah sebaiknya berpikir dengan positif.
Bila memang kita memiliki harga diri, berapakah harganya? ternyata tidak ada ukuran apapun untuk menilai harga diri seseorang. Harga diri sesungguhnya hanya EGO saja. EGOSENTRIS seseorang yang merasa perlu dihargai, merasa perlu ditinggikan dan di hormati. sesunguhnya sampai dimana ke”EGO”an itu menjadi-jadi? biasa di kenal juga sebagai ke”AKU”an.
Bila kita mampu menaklukan si ‘EGO’ atau si ‘AKU’ itulah baru dikatakan mereka yang berhati mulia yang nilainya luar biasa tidak ada sesuatu yang dapat menghargainya.

Siapa yang merendahkan maka ia akan direndahkan, hukum sebab akibat yang umum. Tetapi selama kita mampu bertahan dalam “kerendahan” itu sendiri dan dapat bangkit untuk melayani semua tanpa pamrih, maka Ia sudah belajar ilmu “TANAH”.

Tanah yang selalu diinjak-injak, selalu menampung dan menerima apa pun yang diberikan olehnya, diludahi, disiram apapun, dilindas apapun, dibebani sampai dipancang oleh tiang pancang sekalipun, Ia tetap menerima dan selalu memberikan yang terindah bagi semuanya.

Pohon yang tumbur subur, rumput yang menghijau, buah-buah yang ranum dan bunga-bunga yang mekar setiap harinya karena TANAH yang memberikan semuanya tetap tumbuh subur. Bumi tidak marah tetapi memberikan yang terindah untuk semuanya. Tetapi tetap harus hati-hati suatu saat bisa juga terjadi ‘gempa bumi’ atau ‘tanah longsor’.

Semua orang dilahirkan dengan derajat yang berbeda, itu bukan kehendaknya, karena mengikuti orang tua yang melahirkannya. Tetapi derajat bukan ukuran sesoerang mampu atau tidak mampu untuk menjadi sukses dan berhasil. Derajat juga bukan berarti menjadi penghalang seseorang untuk berubah dan mengubah keadaan dan kondisi hidupnya. Karena tidak ada ukuran yang tepat juga untuk menilai seseorang karena derajatnya.
Mereka yang meningkatkan pengetahuan, kerja keras, kesabaran dan kebijaksanaan dirinya sudah tentu akan mengangkat derajat dirinya, derajat keluarganya dan orang tuanya. Seseorang yang berhasil dan bermanfaat bagi banyak orang dan bagi negaranya sudah pasti akan dikenang banyak orang. tentu saja banyak pengorbanan dan perjuangan yang dilakukannya.

Marilah kita meningkatka n kualitas diri untuk menjaga kejernihan hati agar memiliki kerendahan hati dan tidak menjadi orang yang rendah diri, meningkatkan jati diri dan eksistensi diri agar memiliki kualitas hati sehingga tidak mungkin ada yang merendahkan, malah mungkin dapat meningkatkan derajat hidup orang banyak.

Salam Mudita,
Neng Xiu