Hidup adalah Pilihan

Seringkali terdengar sepintas orang beranggapan bahwa hidup merupakan PILIHAN, dan KEPUTUSAN mengambil suatu pilihan, tidak lepas dan melibatkan dari KONSEKUENSI dan TANGGUNG JAWAB. Mari kita merenungi sejenak apakah memang demikian adanya? Apakah benar ‘hidup’ merupakan pilihan yang harus diambil? Apakah benar ‘pilihan’ melibatkan konsekuensi dan tanggung jawab? Mari kita mencoba menyelami sisi bathin kita, bila kita semua mau lebih bijak untuk memandang selembar ‘Potret Hidup’, yaitu Potret diri tentang Kehidupan nyata kita sendiri, maka perlahaan tapi pasti akan terjawab bahwa: "Hidup bukanlah semata-mata pilihan, akan tetapi lebih jauh lagi, hidup merupakan suatu PROSES yang Luar biasa yang sudah sepatutnya kita sadari." Proses PENYESUAIAN diri, Proses PENGENDALIAN diri, Proses PERUBAHAN diri, Dan Proses PENGEMBANGAN diri. Sang Buddha pernah berkata: "Sungguh sulit terlahir sebagai Manusia". Maka daripada itu betapa BERUNTUNGnya kita yg telah terlahir sebagai Manusia, karena masih diberikan kesempatan untuk MEMPERBAIKI diri. Kelahiran di Surga hanya ada Kebahagiaan, Kelahiran di Neraka, Alam Setan, Ashura hanyalah merasakan Penderitaan, Binatang pun tidak dapat membedakan mana yg benar dan mana yg tidak benar. Hanya di Alam Manusialah, kita dapat merasakaan Kebahagiaan dan Penderitaan silih berganti, Dan di alam inilah kita dapat MeMILIH apa yg akan kita perbuat, dan tentunya apa yg kita miliki dan dapatkan kemudian, adalah sesuai dengan apa yg kita tanam. Segalanya ada konsekuensinya dan harus dipertanggungjawabkan oleh kita selaku Manusia. Yang sangat disayangkan, bila banyak dari kita yg telah terlahir sebagai ‘manusia’, tetapi hanya meratapi keadaan mereka tanpa tergerak hatinya untuk membuat perubahan besar dalam hidupnya, terus menyalahkan kondisi dan keadaannya, selalu membanding-bandingkan dengan orang lain, tanpa mampu melihat dan menganalisa hukum ‘Sebab-Akibat’. Mereka selalu bertanya : "Kenapa begini, Kenapa Begitu? Mengapa Saya, Mengapa bukan Dia? Kenapa Dia bisa seperti itu? Mengapa bukan saya yg begitu?….., Kenapa saya dilahirkan pd yg kondisi buruk sedangkan teman saya begitu bahagia?, dan lain-lain 1001 pertanyaan dan Pernyataan yg hanya membuat pusing kepala saja. Yang intinya adalah ‘TIDAK MAU MENERIMA KEADAAN’. Banyak juga yg beranggapan, Siapapun tidak bisa memilih mau dilahirkan di mana, menjadi anaknya siapa, dengan latar belakang keluarga yg bagaimana. Akhirnya yang ada adalah menyalahkan kondisi hidupnya, menyalahkan orangtuanya, menyalahkan lingkungan dan sampai kapanpun sulit untuk bersyukur, dan sulit untuk hidup bahagia, dikarenakan KETIDAKPUASAN dirinya dengan apa yg telah didapatkannya. Padahal menurut pandangan Buddhis, kelahiran seseorang. Ditentukan oleh kekuatan karmanya sendiri, akan berhubungan dengan karmanya sendiri, terlahir oleh karmanya sendiri, mencari dan mewarisi karmanya sendiri serta akan terlindung oleh karmanya sendiri, baik atau buruk itulah yg akan di warisinya, tergantung perbuatan apa yg sering dilakukannya. Berbahagialah karena hanya di alam Manusia seseorang dapat memperbaiki karma buruknya dengan berbuat banyak kebajikan dan mengimbanginya dengan semangat dan tekad untuk membahagiakan semua mahluk, maka otomatis sesuai dengan waktu dan kondisi yang pas ‘buah kebahagiaan’ akan selalu mendampingi, dalam menghadapi Proses Kehidupan dengan sukha dan dukhanya. Apakah tidak ada ‘Pilihan’ sewaktu kita akan dilahirkan di dunia? Jelas ADA. Pada Saat ‘Kesadaran’ (Pattisandhi Vinnana) akan memasuki embrio yg akan ditujunya, sudah pasti akan mencari dan memilih orang tua yg memiliki ‘persamaan karma’ dengannya. Jelas terdapat ‘pilihan’ walau pilihan itu disesuaikan dengan kekuatan karma yg saling tarik menarik akibat perbuatan yg pernah dilakukan sebelumnya. Memang kesannya kita tidak dapat memilih, tetapi itulah sesungguhnya ‘Pilihan’ kita dari apa yg pernah kita lakukan sendiri. Apapun hasilnya itulah yg harus kita TERIMA dan JALANI dengan Pandangan dan Pikiran yang Benar. Setelah kita dilahirkan sebagai Manusia di dunia ini, lengkaplah yg disebut ‘manusia’, yang memiliki akal dan budi. Terlahir ‘lengkap’ atau ‘cacat’ itupun sesuai dengan kondisi karma yg ‘dipilih’ dari perbuatan masa lalunya. Karena tiada orang yg dapat menghindar dari perbuatannnya sendiri. Ibarat buah karma seperti bayang-bayang yang mengikuti objeknya kemanapun perginya, akan setia berjalan bersama. Maka dapat dikatakan: Apapun buah atau hasil dari Perbuatan Seorang melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan yg disebut jg sebagai KARMA tidak akan pernah ‘salah alamat’ dan selalu Tepat Sasaran". Sebagai contohnya (hanya sebagai renungan saja): Misalnya Seseorang memiliki penyimpangan prilaku ‘moral’, senang mengunakan narkoba dan zat terlarang lainnya, namun ia adalah orang jg berguna di masyarakat dan lingkungan kerjanya, masih banyak kebajikan yg dilakukan. Saat meninggal banyak kerabat yg mendoakannya, kemudian karena kekuatan dari karma baiknya itu mendorong kelahirannya kembali sebagai manusia. Tetapi tetap karma buruknya jg menyebabkan pada PILIHAN sulit karena Ia harus dilahirkan dalam lingkungan komplek wanita tuna susila, dan terlahir sebagai anak cantik tetapi agak ‘terbelakang’. Menjadi anak yg cacat sejak dalam kandungan dikarenakan sang ibu senang minum2 keras dan obat terlarang, maka sejak lahir badan menjadi sakit2an. Inilah hidup yg harus dijalaninya. Memang ia tidak ‘bersalah’ dalam kelahirannya tetapi itulah konsekuensi dan tanggungjawab dari kelahiran sebelumnya, secara tidak langsung seluruh perbuatannya masa lalu memilih dan membuka jalan bagi karmanya sendiri untuk berbuah dimasa sekarang ini. Seandainya kejadian ini terjadi pada diri kita sendiri, bagaimana kita mampu menghadapi riak-riak dan terjangan pergolakan ombak kehidupan, fenomena sulit dimana banyak masyarakat yang beranggapan buruk terhadap diri kita, Apakah kita hanya akan menyalahi kondisi, menyesali kelahiran ini? Tentu tidak! Terlahir menjadi manusia dengan keadaan seperti diatas (sedikit ekstrim) seolah sangat hina, tapi apa pernah berpikir lebih lagi, bahwa kebanyakan dari kita melihat ‘akibat’ tanpa mau melihat ‘sebab’. Padahal bisa terlahir menjadi Manusia teramat sangat sulit dan harus jauh lebih bersyukur, dari pada harus jatuh dan mengalami penderitaa yg tiada habis2nya di 4 alam menderita (Alam binatang, Setan, Ashura, Neraka), yang mana hanya menjalani siksaan dari perbuatan buruknya di masa lalu, tiap detik hanya terdengar jeritan kesakitan, jeritan kelaparan, jeritan kehausan, jeritan ketakutan, jeritan kehampaan, dan banyak jeritan2 lainnya. Bila kita mampu merenungkan akan Hal ini, maka apapun permasalahan yg hadir mewarnai kehidupan kita sebagai manusia, disanalah terdapat ‘kesadaran’ untuk menjadi ‘Orang yang Bijaksana’ walau semua itu muncul dari ‘Orang yang Bermasalah’. Ibarat teratai yg muncul dari bibit yg berada dalam lumpur nan kotor, tetapi mampu mencuat keluar dari permukaan dan menghasilkan teratai yg tidak dapat tercemar oleh kotoran, Perlu kita sadari bahwa bumi kita ini merupakan tempat yang paling cocok untuk belajar dharma, kehidupan sebagai manusia dengan banyak PILIHANnya untuk terus BERUBAH dan menuju tahap pembelajaran akan sebuah KESADARAN dari Konsekuensi dan Tanggungjawab akan Kehidupan itu sendiri. Bahkan Seorang Bodhisattva sekalipun untuk menjadi Seorang Buddha pun harus melawati berbagai kelahiran dalam samsara dalam menyempurnakan Paramitanya, terlahir dalam banyak kelahiran dan harus mampu menyelesaikan tugas dan misi luhurnya melewati berbagai banyak penderitaan agar mampu merasakan beban dan penderitaan semua mahluk di dunia. Dan yg terpenting untuk menyempurnakan Paramitanya calon Buddha sekalipun harus terlahir sebagai manusia juga. Dalam kelahiran kita sebagai manusia inilah, masih banyak yang perlu dann harus pelajari ddan renungi tentang hakekat kehidupan di dunia ini dengan berbagai Pilihan dan Konsekuensinya. Hanya menjalani Sila, melakukan banyak kebajikan dan mempraktekan Sang Ajaranlah yg dapat menjadi Pelindung bagi kita dengan. Demikian kita juga karena kita telah memahami berbagai proses kehidupan, sehingga kita sendiri mampu untuk membantu siapapun yang membutuhkan bantuan, maka Keindahan Hidup akan terpancar pada segenap alam. Apalagi, bila kita merenungkan kembali ke dalam kehidupan kita semua, di jaman yang serba cepat didukung dengan teknologi terkini, dimana orang berkompetisi memperebutkan posisi dan kedudukan, berkompetisi memperoleh laba yang terus menurus tak henti-henti, berkompetisi memperoleh penghargaan atas pengakuan diri, berkompetisi untuk menghidupi keluarga dirumah, berkompetisi menjadi yang terbaik, terhebat, tercepat dan ter – ter lainya…….. Maka kita dituntut untuk memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup dilandasi sikap moral yang baik. Tidak hanya itu, tentunya dengan dilengkapi semangat, keyakinan, kemauan dan kerja keras, maka kita baru bisa maju. Jangan menuntut lingkungan yg harus berubah sesuai apa yang kita inginkan, akan tetapi kita sendirilah yang mampu mengubah lingkungan. Oleh Karena itu Apapun PILIHAN HIDUPMU, Jalanilah dengan Suka Cita dengan Tekad dan Semangat Bodhisattva untuk menjalani Hidup yg semoga dapat jauh lebih ‘HIDUP’. Ayo perbesar lingkaran pengaruh kita, buktikan pada dunia bahwa hidup akan menjadi Indah bila kita mensyukuri dan memperjuangkannya berlandaskan faktor2 positif. Bingung pada Pilihan Hidup kita? Diam sejenak, Buka Mata, Buka Telinga, Buka Hati, Melihat dengan Mata Hati dan dengarkan Suara Hati kita, Maka yakinlah kita mampu memilih apa yang akan menjadi PILIHANan Hidup kita, dan apapun yang telah di PILIH sadarilah semua ada KONSEKUENSInya, Jalanilah dengan Lapang dada, maka disanalah akan kita dapatkan esensi Kehidupan. Amitofo, Salam Mudita, NX